Rabu, 28 November 2012
Kamis, 01 November 2012
Kultur Haploid
KULTUR HAPLOID
Dalam metode pemuliaan tanaman, terdapat dua macam teknik pemuliaan,
yaitu secara konvensional (persilangan sendiri), dan non-konvensional (haploid,
mikrospora, dan ovul) untuk menghasilkan tanaman homozygot (inbreds) dan
bread true. Tanaman haploid adalah tanaman
yang mempunyai jumlah kromosom sama dengan gametofitik dalam sporofitik .
Frekuensi terjadinya haploid spontan di alam masih sangat rendah , yakni sekitar 0,001-0,01%. Produksi haploid yang
spontan biasanya terjadi melalui proses partenokarpi dari telur yang
tidak dibuahi atau apomiksis.
Dalam percobaan-percobaan terdahulu, haploid
diperoleh melalui:
1.
Hibridisasi jenis tanaman yang berada (distant
hybridization).
2. Polinasi tertunda (delayed pollination).
3.
Penggunaan polen yang sudah di-radiasi.
4. Perlakuan hormon.
5. Shock dengan temperatur tinggi.
Revolusi dalam
produksi tanaman haploid terjadi pada tahun 1064-1966, semenjak dihasilkannya
tanaman haploid dari Datura innoxia
oleh Guha dan Maheswari. Tanaman dihasilkan melalui kultur anther dengan proses
androgenesis. Haploid pada tanaman dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu:
1.Monoploid : jumlah khromosom
setengah dari kromosom spesies yang diploid.
2.Polihaploid : jumlah kromosom
setengah dari kromosom spesies yang
poliploid.
Pada umumnya tanaman haploid di alam
terbentuk karena pertumbuhan dari gamet jantan atau betina yang tidak mengalami
fertilisasi. Melihat permasalahan yang ada, para pemulia banyak melakukan
tindakan untuk menginduksi tanaman haploid, seperti memberikan stress suhu, senyawa kimia, polinasi yang terlambat, dan irradiasi, namun
tetap saja persentase keberhasilanya masih kecil. Melihat hal tersebut, kini
para pemulia banyak melakukan induksi tanaman haploid melalui teknik kultur
jaringan yang disebut kultur haploid. Persentase keberhasilan kultur haploid
cukup tinggi, terutama pada tanaman seperti famili Cruciferaceae, Solanaceae,
Liliaceae, dan Graminae.
Tanaman haploid umumnya diperoleh
dari teknik pemuliaan non-konvensional, yaitu dengan kultur anthera,
mikrospora, dan ovul. Tanaman haploid tersebut jika digandakan kromosomnya akan
menghasilkan tanaman haploid dan bread true atau galur murni. Tanaman
haploid dapat dibentuk melalui partenogenesis secara alami (perkembangan
tanaman haploid dari sel-sel telur yang tidak dibuahi); androgenesis
(perkembangan tanaman haploid dari polen/mikrospora); dan dibentuk secara
artifisial diinduksi melalui kultur anther, ovari mikrospora dan hibridisasi
seksual (persilangan kultivar-kultivar terbudidaya dengan genotipe liar).
Keuntungan: teknik
isolasinya lebih mudah, dapat menghasilkan tanaman dengan jumlah kromosom yang
bervariasi (n, 2n dan 3n).
Kerugian : Tanaman
yang diperoleh bermacam-macam karena kemungkinan tanaman tersebut berasal dari
jaringan lain seperti jaringan tapetum (3n), atau jaringan penyambung (conective
tissue), sehingga masih perlu tahapan seleksi.
Keuntungan: *Kepastian haploid yang lebih tinggi.
*Perkembangan
androgenesis dapat diikuti.
*Studi tranformasi dan
mutagenesis, baik kimia maupun fisik, mudah dilakukan karena polen terdiri dari
sel tunggal.
Kerugian : Keberhasilan
masih rendah.
3.
Kultur Ovule
Langganan:
Postingan (Atom)